Wednesday, November 30, 2016

Disuruh Ceraikan Istrinya yang Sakit Parah, Pria Ini Memilih Merawatnya Hingga Puluhan Tahun

Menjalani suatu hubungan asmara yang cukup lama dengan pasangan, belum tentu bisa disebut dengan cinta sejati.
Pasalnya, tidak ada patokan khusus untuk bisa menentukan suatu hubungan yang bisa disebut dengan cinta sejati.

Kabar Benar - Namun, seorang pria tua asal Tiongkok ini telah memberikan gambaran tentang adanya cinta sejati itu.
Dilansir dari laman Brightside, pria yang akrab dipanggil Du ini telah menghabiskan waktu selama 56 tahun untuk merawat istrinya, Zhou Yu'ai yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Zhou mengalami kelumpuhan pada seluruh tubuhnya yang membuat dirinya hanya bisa berbaring di tempat tidur dan melakukan aktivitasnya di atas tempat tidurnya, itupun harus dibantu oleh Du.
Meski begitu, Du terus mendampingi dan mencintai istrinya dengan sepenuh hati.
"Jangan khawatir, saya akan merawat anda selamanya," ucap Du kepada istrinya.
Du dan Zhou menikah pada tahun 1959.
Selang lima bulan menikah, Du harus menerima kenyataan yang pahit, Zhou yang kala itu berusia 20 tahun dilanda penyakit yang misterius dan saat itu pula Zhou menjadi benar-benar lumpuh.
Du mengetahui hal tersebut saat tengah bekerja di sebuah tambang batu bara.
Du menerima surat dari keluarganya yang memberitahu bahwa Zhou sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
Du pun segera mengambil cuti panjang dari pekerjaan dan kembali ke rumah.
Karena penyakit yang dideritanya, Zhou kehilangan semua rasa di tubuhnya, Zhou pun tidak sanggup memegang benda di tangannya.
Tidak hanya itu, Zhou juga harus rela kehilangan kemampuanya untuk dapat bereproduksi.
Du mengatakan, tidak ada dokter yang bisa mendeteksi penyakit yang dialami Zhou.
Banyak teman-teman Du menyarankan untuk menceraikan istrinya dan memulai hidup baru, namun, Du mengabaikan saran yang diberikan temanya itu, Du justru mengatakan bahwa dirinya akan selalu menjaga dan terus mencintai istrinya.
Du pun harus berhenti dari pekerjaannya dan menghabiskan seluruh waktunya untuk merawat istrinya.
Setiap hari, Du yang juga bekerja sebagai petani ini harus menyuapi istrinya, memberikan obat-obatan, dan mencari dokter yang bisa menemukan pengobatan untuk istrinya.
Du tidak pernah menyerah. Selama hampir enam dekade ia telah merawat istrinya.
Para tetangga Du yang mengetahui kondisi istrinya pun turut memberikan bantuan kepada Du, seperti membawakan bahan makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya.
Selain itu, Du dan Zhou juga telah menerima bantuan dari pemerintah setempat.

Bikin Haru Netizen, Pria Buta Ini Jualan Kacang Goreng Keliling di Mall Sambil Bawa Anak-anaknya


Kabar Benar - Keterbatasan bukan alasan untuk menjadi seorang peminta-minta.
Tampaknya hal tersebut berlaku pada diri pria ini.
Di mana dengan segala kondisi yang ada pada dirinya, pria ini tetap berjuang mencari nafkah dengan berjualan.
Bukan barang istimewa yang ia jual, melainkan hanya bungkusan-bungkusan kacang goreng yang dihargai Rp 3.000an saja.
Dibagikan oleh Anas Ardia di grup Facebook INFO CEGATAN SOLO DAN SEKITARNYA (ICS), Sabtu (26/11), seorang pria buta berjualan kacang goreng di mal Kota Solo, Matahari Singosaren.
Yang bikin haru lagi, ia menjual keliling dengan ditemani anak-anaknya yang masih kecil.
Berikut kesaksian Anas Ardia yang ia tuangkan dalam postingan ke grup ICS:
"Ini petualangan ku hari ini. Hatiku Menjadi terharu Melihat bapak buta. Sambil jualan kacang goreng. 1 bungkus 3000. Sambil mengajak anak 2 masih kecil2. Di matahari singosaren. Kata tmnku yg harian di matahari dia baru kali ini jualan di singosaren. Monggo sedulur2 lain klo liat bapak2 buta sama anak kecil ini di larisi geh. Smoga bapak2 itu sekeluarganya. slalu di beri kesehatan dan dilapangkan rizki. Amin.. Nuwun.."
Selain memposting tulisan, ia juga mengunggah tiga buah foto pria buta itu.
Terlihat seorang pria menjajakan kacang goreng di etalase dalam mal.
Ia mengenakan selendang sembari membawa keranjang berisi bungkusan kacang goreng.
Sementara itu, dua anaknya ada di dekatnya membantu menjajakan kacang bungkus tersebut.

Si bocah gadis bertugas menggendong adiknya yang masih kecil.
Sesekali adiknya diturunkan, lalu melihat-lihat isi mal.

Kontan, postingan Anas Ardia ini kemudian mengundang ragam reaksi dari netizen.
Mayoritas mereka merasa terharu dengan kondisi bapak dan anak-anaknya itu.
Arfa: "Terharu lur,,"
Zanni: "Ya alloh ra tegel nyawang cah cilik kui ,,mugo" bpk sak klrgo diparingi sehat rejeki katah amiiin ,,"
Indraswari: "Subhanallah lebih tinggi derajat.nya ketimbang mereka yg meminta2,,perlu dicontoh,,salut pak kagem njenengan kekurangan bukan suatu halangan buat mencari nafkah halal..."
Sementara ada netizen yang merasa lebih bersyukur lagi dan tersadar setelah melihat foto ini.

Cuemayh: "Jadi malu.. Aq yang udh kerja dtmpat yg mungkin lebih baik aja masih banyak keluhan liahat adik2nya itu yang kecil2 udah mau membantu orang tuanya karna kondisi orang tua..jadi malu sendiri."
Fadlan: "Mugo" ndang Payu Pak,dadi sadar Wong tuo golek duit angel,malah anak njaluk gur nggo foya" tok."
Tak urung, doa para netizen pun membanjiri bapak dan anak-anaknya yang mencari nafkah dengan cara bukan mengemis ini.
Ada juga yang berkomentar jika selain menjual kacang goreng, pria dalam foto itu juga berprofesi sebagai tukang pijat.
Juliius: "Bapake itu dulu kontrak di depan kampus utp dkt aub. Pekerjaan sehari2 pijet. Pijetane manteb lurd ... boleh dicoba lurd."
Hingga berita ini diturunkan TribunSolo.com, postingan tersebut sudah mengundang komentar hingga 200 lebih dan ditanggapi sebanyak 1.600an kali di grup ICS. 

Tuesday, November 29, 2016

Pelat Nomor Mobil Cantik di Australia Ini Bertuliskan Jokowi


Kabar Benar - Di Australia, pemilik kendaraan, terutama mobil, boleh memilih sendiri nomor pelat yang mereka inginkan, dengan membayar biaya tambahan.
Beberapa warga Indonesia menggunakan kesempatan itu, dan di antaranya memiliki nomor pelat "Jokow1" dan "RI 1".
Nomor mobil "Jokow1" yang dibaca menjadi "Jokowi" dimiliki oleh Windu Kuntoro, seorang fotografer asal Indonesia yang tinggal di Melbourne.
Dalam penjelasannya kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L Sastra Wijaya, Windu mengatakan, pelat nomor "Jokow1" ini dibeli sebelum pemilihan presiden pada tahun 2014.
"Ada beberapa alasan mengapa saya memutuskan menggunakan nama Jokowi untuk pelat mobil saya, pertama, lebih pada soal sukacita merayakan pemilihan umum, ingin merasakan yang beda ketika ikut berpartisipasi sebagai pemilih setelah mengikuti beberapa kali pemilu di luar negeri," kata Windu.
"Kedua, karena ikut andil dalam mengampanyekan Jokowi sebagai kandidat calon presiden sebelum pemilu dan ketiga, serta terasa lebih unik karena sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri menggunakan pelat nomor kepala negaranya," tambah Windu.
Bagaimana proses pembuatan pelat nomor khusus tersebut?
"Di Victoria, kami tidak perlu repot-repot datang ke VicRoads (semacam samsat untuk Victoria), cukup dengan aplikasi onlineyang disediakan oleh VicRoads," kata Windu.
"Ketentuannya, pelat nomor yang diajukan belum pernah dipakai oleh orang lain, tidak mengandung unsur SARA, pemohon belum pernah terlibat dalam tindak pidana, dan harus membayar sejumlah uang tertentu ketika disetujui," tambahnya.
"Proses pembuatan sekitar lima hari kerja tanpa harus mengambil fisik pelat nomornya, VicRoads akan mengirimkan lewat pos dan biayanya sekitar 500 dollar Australia (Rp 5 juta)," tambah Windu.
Memiliki pelat nomor nama Presiden Indonesia tersebut ternyata juga membawa cerita tersendiri bagi Windu Kuntoro.
"Ketika Pemerintah Indonesia pasca-hukuman mati warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, beberapa kali saya menjumpai wajah-wajah yang tidak suka ketika saya sedang di jalan, di pompa bensin, dan di tempat parkir namun, pada saat itu saja."
"Namun, di sisi lain, yang saya suka, hampir setiap teman ataupun orang Indonesia yang sedang mengunjungi Melbourne menjadikan pelat nomor ini sebagai obyek foto," tambah Windu.
Bila "Jokowi" ada di Victoria, di Negara Bagian New South Wales, seorang warga Indonesia yang meminta namanya tidak disebutkan memiliki pelat nomor "Ri 1" untuk mobil Jeep-nya.
Dia seorang manajer properti yang sudah tinggal di Sydney dalam 12 tahun terakhir.
"Saya sudah memiliki pelat nomor ini selama tiga tahun, pada awalnya, saya mencari sesuatu yang mudah diingat dan sesuatu yang unik untuk menunjukkan asal kita," katanya lewat e-mail.
Sama seperti pelat nomor "Jokow1", mobilnya juga sering mendapat perhatian dari warga Indonesia lainnya di Sydney.
"Kebanyakan hanya orang Indonesia yang tahu tentang arti pelat ini, mereka hanya tersenyum, dan biasanya saya juga membalas dengan tersenyum dan mengatakan, saya menggunakan pelat ini, sudah tidak 'macet' di jalan," katanya lagi. 
Pada dasarnya, di seluruh negara bagian di Australia, tiap-tiap lembaga otoritas yang mengurusi masalah kendaraan mengizinkan pemilik kendaraan memilih pelat nomor yang mereka kehendaki.

Ucapkan Selamat Wisuda untuk Korban Tsunami yang Pernah Ditemuinya, Wartawan BBC Ini Bikin Haru


Bencana tsunami yang terjadi di Aceh masih menyisakan duka mendalam untuk banyak orang terutama untuk warga Aceh.
26 Desember 2004 silam, gempa bumi bawah laut 9,1 Skala Richter (SR) mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia.
Dampak gempa itu sangatlah kuat sampai 1.200 kilometer dari pusat gempa, hingga mencapai Alaska.
Gempa dahsyat tersebut memicu terjadinya tsunami yang mematikan.
Tsunami menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Termasuk Aceh.
Semua luluh lantak, lebih dari dua ratus ribu nyawa berjatuhan.
Kedua orang tua dari Mawardah Priyanka, juga menjadi korban dalam bencana tersebut.
Seorang wartawan BBC, bernama Andrew Harding, yang saat itu sedang bertugas di Aceh, bertemu pertama kalinya dengan Mawardah.
Dikutip dari laman BBC Indonesia pada Desember 2014 silam, Andrew menceritakan kembali kisahnya saat pertama kali dengan Mawardah.
"Di tenda darurat pengungsi yang didirikan dekat masjid, saya pertama kali bertemu dengan Mawardah Priyanka. Saat itu dia berusia 11 tahun, kelelahan, sangat kotor, dan sendirian.
Kedua orangtuanya meninggal karena gelombang tsunami - yang diperkirakan setinggi 35 meter - menimpa rumah mereka di desa di pesisir Lampuuk.
Beberapa hari kemudian dia menemukan kakaknya, Mutiyah, 16 tahun, ditemukan masih hidup.
Dalam beberapa bulan selanjutnya, saya tetap saling berkabar dengan dua bersaudara tersebut selagi mereka pindah ke tenda pengungsian, lalu ke tenda mereka sendiri, dan kemudian ke rumah baru yang dibangun oleh lembaga amal Oxfam.
Mawardah kembali ke sekolah.
Adapun Mutiyah menikah dan pindah. Kakak mereka yang lebih tua, Ita, pindah ke rumah mereka di Lhoknga.
Tetapi, delapan tahun kemudian, saya kehilangan kontak mereka.
Sulit bagi saya untuk menentukan arah ketika saya berjalan di tempat yang dulu sangat berlumpur.
Sekarang di tempat itu ada jalan raya, dengan jembatan baru di atas sungai kecil.
Di sebelah kanan, saya melihat bangunan rumah - sangat sederhana, berdinding kayu dan beratap seng.
"Di tenda darurat pengungsi yang didirikan dekat masjid, saya pertama kali bertemu dengan Mawardah Priyanka. Saat itu dia berusia 11 tahun, kelelahan, sangat kotor, dan sendirian.
Kedua orangtuanya meninggal karena gelombang tsunami - yang diperkirakan setinggi 35 meter - menimpa rumah mereka di desa di pesisir Lampuuk.
Beberapa hari kemudian dia menemukan kakaknya, Mutiyah, 16 tahun, ditemukan masih hidup.
Dalam beberapa bulan selanjutnya, saya tetap saling berkabar dengan dua bersaudara tersebut selagi mereka pindah ke tenda pengungsian, lalu ke tenda mereka sendiri, dan kemudian ke rumah baru yang dibangun oleh lembaga amal Oxfam.
Mawardah kembali ke sekolah.
Adapun Mutiyah menikah dan pindah. Kakak mereka yang lebih tua, Ita, pindah ke rumah mereka di Lhoknga.
Tetapi, delapan tahun kemudian, saya kehilangan kontak mereka.
Sulit bagi saya untuk menentukan arah ketika saya berjalan di tempat yang dulu sangat berlumpur.
Sekarang di tempat itu ada jalan raya, dengan jembatan baru di atas sungai kecil.
Di sebelah kanan, saya melihat bangunan rumah - sangat sederhana, berdinding kayu dan beratap seng.
"Di tenda darurat pengungsi yang didirikan dekat masjid, saya pertama kali bertemu dengan Mawardah Priyanka. Saat itu dia berusia 11 tahun, kelelahan, sangat kotor, dan sendirian.
Kedua orangtuanya meninggal karena gelombang tsunami - yang diperkirakan setinggi 35 meter - menimpa rumah mereka di desa di pesisir Lampuuk.
Beberapa hari kemudian dia menemukan kakaknya, Mutiyah, 16 tahun, ditemukan masih hidup.
Dalam beberapa bulan selanjutnya, saya tetap saling berkabar dengan dua bersaudara tersebut selagi mereka pindah ke tenda pengungsian, lalu ke tenda mereka sendiri, dan kemudian ke rumah baru yang dibangun oleh lembaga amal Oxfam.
Mawardah kembali ke sekolah.
Adapun Mutiyah menikah dan pindah. Kakak mereka yang lebih tua, Ita, pindah ke rumah mereka di Lhoknga.
Tetapi, delapan tahun kemudian, saya kehilangan kontak mereka.
Sulit bagi saya untuk menentukan arah ketika saya berjalan di tempat yang dulu sangat berlumpur.
Sekarang di tempat itu ada jalan raya, dengan jembatan baru di atas sungai kecil.
Di sebelah kanan, saya melihat bangunan rumah - sangat sederhana, berdinding kayu dan beratap seng.
“Ia murid yang baik. Ia bekerja dan belajar keras. Sebagai seorang gadis, ia memiliki semangat seperti anak laki-laki. Ia kuat, dia tidak mudah menyerah,” kata Maulizan Za, guru bahasa Inggris Mawardah, dikutip dari BBC, Rabu (24/12/2014).
Kini di tahun 2016, Mawardah telah berhasil menyelesaikan pendidikannya dan menjadi wisudawati. dengan gelar Sarjana Pendidikan.
Andrew kembali ikut berbangga hati, dan mengucapakan selamat ata pencapaian Mawardah.
Ucapan selamat itu ia utarakan melalui status akun Facebook miliknya yang diunggah pada 22 November 2016 silam.
"So happy for Mawardah Priyanka - the lost, bruised little girl we met in 2004, newly orphaned by the tsunami, graduated today in Banda Aceh! A debating champion, a fluent English-speaker, and an inspiration. Congratulations!!," tulis Andrew sembari mengunggah foto wisuda Mawardah dan fotonya saat pertama kali bertemu Mawardah.

Netizen Indonesia pun memberikan ucapan selamat kepada mawardah dan mengungkapkan kekagumannya pada wartawan BBC tersebut.
"Benar-benar jurnalis yang bekerja dari hati, Andrew memiliki hati yang luar biasa," komentar dari seorang netizen.

Heboh!!. Penjual Pisang Goreng Yang Cantik Ini Bisa Beli 3 Mobil Mewah. Ternyata Inilah Yang Dia Lakukan



Kabar Benar - Saya ingin berbagi sedikit tentang perjalanan hidup yang dimulai dari zero. Saya tidak datang dari golongan orang kaya dan itu tidak mudah bagi saya untuk menikmati apa yang saya punya sekarang. Ayah saya telah meninggal sewaktu saya dan adik-adik masih kecil. Ibu sayalah yang banting tulang menjaga saya dan adik-adik.

Saya mulai mencari uang sampingan saat umur belasan tahun, tepatnya ketika masih SMP. Di antara usaha saya waktu itu adalah melayani 'rebonding' rambut setiap pulang sekolah. Saya menjalankannya di rumah saja dan ibulah yang mengeluarkan modal untuk membeli barang perlengkapan.

Saya juga pernah bantu tetangga dekat rumah saya jualan pisang goreng ketika pembantunya tak datang. Saya tak pernah malu untuk melakukan pekerjaan apa pun meskipun bukan pekerjaan 'glamour', asalkan rezeki itu halal.

Ibu saya tak pernah sekali pun menyuruh saya mencari uang sendiri, tetapi dia juga tidak mencegah. Saya mencari uang sampingan bukan karena saya hidup susah saja, tetapi untuk membeli barang kebutuhan saya dan juga disebabkan minat yang mendalam dalam bisnis.

Setelah tamat SMA, saya kerja berjualan jus buah-buahan di depan sekolah sambil menunggu panggilan untuk kuliah. Saya mendapat tawaran dari UITM di jurusan Electrical Engineering (Electronic) tetapi terpaksa ditolak sebab saya lebih tertarik jurusan Quantity Surveying di sebuah perguruan tinggi swasta. Belanja di sekitar rumah tidaklah murah, saya mulai aktif berdagang secara online sebagai dropship saja.

Jualan Online dari Kampus

Pada tahun 2010, satu-satunya mobil keluarga saya yaitu mobil Kancil telah 'total lost' akibat kecelakaan. Ibarat patah kaki, ingin kemana-mana pun susah. Ibu saya menggunakan uang simpanannya untuk membeli tunai sebuah mobil bekas tapi ditipu temannya. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Akhirnya ibu saya mampu membeli mobil Saga lama dengan harga 2-3 ribu ringgit kalau tak salah. Mobil itu agak buruk, atapnya bocor pula. Bila hujan, air akan menitik masuk dalam mobil. AC-nya juga tidak berfungsi. Tiap kali hujan kaca mobil akan beruap, terpaksa lap menggunakan tangan dari sebelah dalam.

Tapi satu saja yang saya salut pada ibu, dia tak pernah mengeluh walau sekali. Selalu tenang dan tersenyum. Tapi hati anak mana yang tidak sedih melihat keadaan itu. Tambahan pula waktu itu saya masih kuliah, memang sangat sedih teringat keadaan ibu dan adik-adik di desa. Hampir setiap malam mengalir air mata.

Saat itu itulah titik balik saya, saya benar-benar bertekad untuk mengubah hidup keluarga. Saya ingin cukup saya saja yang merasa susah asalkan adik-adik saya senang. Pada usia saya awal 20-an, saya habis-habisan mencari uang. Menjadi dropship memberikan banyak ruang dan kesempatan untuk saya. Saya tak perlu keluarkan modal, mengepak dan mengirim barang.

Hanya perlu promosi dan memperlakukan pembeli dengan baik saja. Risiko juga rendah dan sangat cocok untuk yang baru ingin berbisnis online. Tapi saya tipe orang yang tak suka berada di tempat yang sama, saya selalu cari cara untuk upgrade setiap apa yang saya buat.

Saya mulai keluarkan modal untuk mengambil stok supaya untung lebih besar dan lebih mudah bagi saya untuk 'cash on delivery' (COD) dengan pembeli. Setiap malam, saya sampai kurang tidur untuk melayani pembeli. Hampir setiap hari kena antrian panjang meski untung yang saya dapat tak seberapa. Rumah yang saya sewa penuh dengan stok yang saya borong sedikit demi sedikit.

Agen `Modal Dengkul`

Tamat kuliah saya buka toko kecil pertama saya. Berbagai barang saya jual antaranya pakaian, produk kecantikan, dan juga dessert yang saya buat sendiri. Dari menjadi agent saja saya menjadi stokis berbekal keuntungan yang saya kumpulkan.


Bagi saya, kalau ingin sukses dalam bisnis harus berani ambik risiko. Dari modal serendah 100, meningkat menjadi 200, 400 dan mencapai ribuan ringgit ketika saya mulai menjadi stokis untuk beberapa produk. Siang hari saya jaga toko dan mengepak barang untuk dikirim. Saat malam saya menggunakan WhatsApp melayani pembeli dan menyiapkan pesanan kue dan biskuit. Hampir setiap malam saya tidur pukul 3-4 pagi dan kadang-kadang sampai subuh. Maklumlah oven saya kecil saja, sekali bakar hanya dapat dua loyang biskuit.

Pada bulan puasa  saya mengambil kesempatan membuka gerai di depan toko saya. Kebetulan di depan toko ada mini bazaar ramadhan setiap tahun. Permintaan biskuit juga meningkat pada masa itu sampai di malam raya saya tak tidur sampai ke pagi raya menyiapkan pemesanan.

Setelah mandi saya terus kirim kue ke para pembeli yang ada. Saya bersyukur saya pandai mengambil kesempatan yang ada di depan mata dan membuat keputusan cepat. Meskipun penat dan pegal-pegal badan akibat kerja tanpa henti tapi saya tak pernah mengeluh dan merasa puas bila apa yang saya buat mendapat sambutan. Semuanya saya buat seorang diri, sayalah kulinya, sayalah bosnya.

Bisnis saya semakin lama semakin maju dan saya sudah memiliki banyak pelanggan tetap. Pada suatu hari saya bertekad untuk membuat produk kolagen sendiri. Meskipun saya susah, tapi sudah jadi fitrah wania memang menyukai keindahan.

Saya ingin terlihat cantik dan membantu wanita lain untuk terlihat cantik. Memang inilah impian saya sejak kecil yang tak disangka menjadi kenyataan. Saya banyak dibantu oleh kekasih hati saya yang sekarang sudah jadi suami saya. Dialah yang menjadi tulang punggung dan banyak menyumbangkan tenaga serta buah pikiran untuk memajukan bisnis kami.


Berkat usaha kami Alhamdulillah produk kami yaitu semakin dikenal. Bukan dikenal karena iklan dan marketingnya tetapi dikenal karena ribuan testimoni yang berhasil mendapatkan manfaat dari produk kolagen kami.

Mobil Rongsok Berganti Range Rover

Siapa sangka dari anak kampung yang dulu hidupnya susah, pernah naik mobil berlubang sana sini dan atap mobil bocor, kini mampu memiliki 3 buah mobil yaitu Range Rover Evoque, Audi dan Myvi saat usia masih 24 tahun.

Kalau dulu saya menjadi kulinya, saya sekarang menjadi bos yang mampu mempekerjakan banyak karyawan untuk memudahkan urusan saya. Toko saya yang dulunya sempit dan kecil sekarang sudah menjadi lebih nyaman dan luas. Hidup saya sekarang berubah hampir 360 derajat! Tak pernah menyangka usaha saya selama ini akan membuahkan hasil.

Saya dulu dibenci kini dipuji. Yang dulu menjauh kini datang mendekat. Alhamdulillah syukur, dari zero kini nilai penjualan bulanan saya mencapai 6 digit. Tidak ada niat sedikit pun untuk riak dan takabur. Tapi saya harap dengan pengalaman saya ini mampu memberi semangat dan inspirasi kepada mereka yang hidup susah seperti saya dahulu.

Tidak ada yang mustahil jika kita sanggup berusaha. Jangan pernah malu untuk mengubah hidup, bahkan meski ada yang menyindir dan mengejek. Kesenangan takkan datang dengan sendirinya tanpa usaha.

Kalau jatuh sekali pun jangan takut untuk kembali bangun. Walau diuji berkali-kali, hadapilah dengan tabah. InsyaAllah yang pahit itu akan ada manisnya nanti.